Minggu, 10 Agustus 2008

POLITIK TINGKAT TINGGI

PARTAI DA’WAH VS REKAYASA SOSIAL IBLIS
Oleh:
Abu Muhammad Azzam Taqiuddin
(AMAT)

Tahukah anda bahwa partai politik pertama dan paling tua yang didirikan adalah Partai Iblis? Ia sekaligus menjadi presiden pertama dan anggota kader pertama. Ia mendirikan partai secara sendirian namun penuh keyakinan akan membesar sedemikian rupa sehingga manusia dan jin sepanjang zaman sampai kiamat tiba akan menjadi kader aktif dan pasif serta simpatisan yang setia.

Ia menjadi partai oposisi terhadap Sang Maha Pencipta Alam Semesta sendiri yakni Allah swt. Sedangkan Adam as beserta semua keturunan beliau adalah Partai Manusia yang diserahi mandat oleh Allah swt untuk memakmurkan kehidupan dunia di bumi berdasarkan petunjukNya berupa pedoman hidup paripurna yang meliputi 100% aspek kehidupannya.

Sejak Iblis membangkang kepada perintah Allah swt agar tunduk hormat kepada Adam as, maka terbentuklah dua kubu yang ditakdirkan akan terus bertarung demi kepentingan masing-masing. Partai Iblis memperjuangkan kepentingan agar sebanyak mungkin manusia-musuhnya-ikut dia masuk siksaan api neraka yang telah dipastikan buat dia. Namun dia tidak rela masuk sendirian. Maka dia telah mendeklarasikan manifesto politiknya sebagaimana disitir oleh Al-Qur’an surat 7 ayat 16-17,”Iblis menjawab:”karena Engkau telah menghukum saya tersesat, maka saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalanMu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur(ta’at)”. Sedangkan Partai Manusia akan selalu berjuang untuk selamat dari tipu daya Partai Iblis dan mati dalam keadaan muslim sehingga terbebas dari api neraka dan masuk surga.

Kedua partai telah bertarung dalam pemilu yang berlangsung setiap detik sejak keduanya tidak berhak lagi tinggal di surga dan Partai Manusia diberi mandat untuk mengelola kehidupan di bumi sesuai petunjukNya berupa syari’at Allah swt. Partai Manusia diberi senjata berupa akal dan syari’at dari Allah swt agar bisa melaksanakan mandat tersebut dan melawan godaan serta tipudaya Partai Iblis. Menurut pemahaman ulama, presiden Partai Iblis yakni Iblis sendiri tidak pernah mati sampai kiamat nanti. Akibatnya dia punya pengalaman sedemikian banyak dalam perangnya memperdayakan manusia. Sedangkan manusia dibatasi usianya sampai waktu tertentu sehingga harus selalu ada pembaharuan kesadaran dari generasi ke generasi tentang musuhnya yakni Partai Iblis ini. Namun Allah swt terus memberikan bimbingan dan peringatanNya sepanjang zaman dengan selalu mengutus para nabi dan rasul serta penerus mereka sehingga selalu ada sekelompok manusia yang akan mengajak manusia lain yang tersesat akibat tipudaya Partai Iblis untuk kembali ke jalan hidup sebagai manusia.(Al-Qur’an surat Al-Ma’idah:54).

Demikianlah sejarah hidup manusia sejak nabi Adam as sampai sekarang dan nanti akan selalu diwarnai oleh pemilu politik tingkat tinggi yang akan menentukan selamat tidaknya setiap individu manusia di akhirat nanti, antara selamat masuk surga atau celaka masuk neraka. Partai Iblis telah berhasil merekrut anggota kader dan simpatisan baik dari kalangan jin yang sejenis dengan dirinya maupun dari manusia. Manusia yang telah menjadi kader paling dan sangat setia kepada Partai Iblis adalah Partai Zionis yang bermarkas di Israel, sebuah negara yang didirikan di atas negara Palestina. Partai Zionis dengan ideology Zionismenya benar-benar menjadi turunan Partai Iblis berdasarkan dokumen The Protocols of Zion yang pernah bocor ke publik dunia. Inti dokumen itu adalah bagaimana memperbudak manusia dengan menjauhkan mereka dari agama yang percaya kepada yang ghaib dan menggiring mereka semua kepada ‘agama’ sekularisme dan materialisme.

Rekayasa Sosial Iblis menjelang diutusnya Nabi Muhammad saw.

Kehidupan ideology-politik-ekonomi-sosial-budaya-pertahanan dan keamanan menjelang diutusnya Nabi Muhammad saw benar-benar merupakan hasil rekayasa social Iblis yang panjang. Lima ratusan tahun sejak usainya da’wah Nabi Isa as, manusia di mana-mana saat itu betul-betul dikuasai oleh hawa nafsu, kelalaian dari petunjuk Allah swt dan kezaliman di antara mereka merajalela. Manusia menyembah sesama mereka, atau harta, atau jabatan, atau hawa nafsu, atau yang paling buruk benda-benda patung buatan tangan mereka sendiri. Yang kuat menindas yang lemah sehingga terjadilah perbudakan di mana-mana. Tidak terkecuali di dua negara superpower saat itu yakni Persia dan Romawi. Sedangkan keadaan di jazirah Arabia khususnya Makkah dan sekitarnya hanya menjadi lalu lintas perdagangan dan tidak diperhitungkan sama sekali karena dianggap tidak punya potensi yang berarti bagi kedua superpower. Masyarakatnya dipenuhi oleh fanatisme kekabilahan, perbudakan, penyembahan berhala, kebiasaan membunuh anak wanita, dan berbagai perilaku buruk lainnya, yang benar-benar menggambarkan keberhasilan Partai Iblis dalam merekrut kader dan simpatisan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa pada saat itu untuk sementara partai yang mengajak ke neraka ini unggul dalam perolehan suara di kalangan manusia.

Partai Da’wah Nabi Muhammad saw

Dengan kemahapengasih dan penyayangNya, Allah swt berkenan mengutus seorang Nabi dan Rasul untuk menyelamatkan hamba-hambaNya dari bencana terbesar kemanusiaan yakni kesesatan dan kebodohan tentang petunjuk Allah swt. Maka dilantiklah Muhammad sebagai utusanNya yang sekaligus mendeklarasikan berdirinya partai manusia penerus para nabi dan rasul sebelum beliau dengan metoda yang dipakai adalah: da’wah.

Intinya beliau mengajak semua manusia baik yang tertindas maupun yang menindas untuk kembali menyadari kemanusiaan mereka sebagai ciptaan dan hamba Allah swt dan kembali kepada tujuan hidup mereka yang selama ini telah dibelokkan oleh Partai Iblis sehingga kacau-balau dan berantakan. Kepada mereka yang zalim beliau memperingatkan dengan ancaman siksaan api neraka yang dahsyat seandainya tidak mau sadar dan malah berlaku sombong dengan terus berbuat zalim. Sedangkan kepada yang dizalimi beliau memberi mereka harapan dan janji Allah swt bila mereka sabar dan membersihkan diri dari kemusyrikan dan perbuatan dosa.

Demikianlah Partai Da’wah Nabi Muhammad saw sedikit demi sedikit tumbuh, pelan namun pasti, berhasil mengajak banyak pengikut sampai akhirnya harus hijrah ke Madinah karena para kader Partai Iblis yang belum sadar dan masih mabuk oleh bisikan-bisikan iblis malah bereaksi hendak menumpas Nabi dan para pengikut beliau. Padahal beliau dengan partai da’wahnya justru bermaksud menyelamatkan mereka dari ancaman api neraka. Setelah secara hukum social partai da’wah dianggap oleh Allah swt sudah memadai untuk melawan musuhnya dengan kekuatan fisik, maka terjadilah perang militer berkali-kali. Sejarah selanjutnya adalah milik Partai Da’wah Nabi dengan berjayanya Islam dari jazirah Arabia menyebar ke seluruh dunia sampai mencapai dua pertiga bola bumi, da’wah telah tersampaikan dalam kurun waktu 1300 tahun(abad 6-19 masehi). Tak terkecuali da’wah ini telah sampai di Indonesia.

Partai Da’wah di Indonesia

Pergulatan antara kesesatan melawan kebenaran Islam di Indonesia telah berlangsung ratusan tahun sejak pertama kali Islam masuk ke kepulauan Nusantara, diikuti dengan penjajahan Belanda dan Jepang, zaman kemerdekaan dan terkini adalah zaman reformasi.

Kezaliman yang telah berurat-berakar sebagai hasil rekayasa social Partai Iblis yang cukup lama namun tekun dijalankan adalah virus Korupsi-Kolusi-Nepotisme(KKN) yang sampai zaman reformasi sekarang pun masih ramai diwacanakan dan belum ditemukan obatnya yang efektif. Namun bencana terbesar dalam sejarah Indonesia bukanlah virus KKN ini melainkan rusaknya-tergerogotinya-menipisnya-hilangnya iman manusianya kepada Tuhan Yang Maha Esa(Allah swt) sehingga tidak punya lagi rasa takut atas ancaman siksa api neraka nanti di akhirat dan tidak punya rasa berharap kepada ganjaran pahalaNya berupa kenikmatan surga.

Saat ini Partai Iblis sementara memperoleh suara terbanyak di kalangan manusia pemilih di Indonesia yang dibuktikan oleh belum tegaknya Islam sebagai acuan dan pedoman bagi segala aspek kehidupan manusia Indonesia. Meskipun secara statistik mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, namun oleh berbagai masalah yang membelitnya, para muslim ini belum bisa menjadikan Islam sebagai pemegang kedaulatan atas diri mereka. Partai-partai berideologi Islam atau yang berbasis massa Islam umumnya terjebak pada pergulatan meraih kekuasaan politik tingkat rendah yakni kursi presiden Republik Indonesia atau menguasai mayoritas kursi di parlemen. Mereka justru tidak tertarik untuk berda’wah demi menyelamatkan mayoritas manusia Indonesia dari ancaman siksa api neraka dengan mengajak mereka kepada tauhid dan amal sholih. Konsekuensi logisnya partai-partai itu saling berpecah-belah dan tidak pernah bisa bersatu padu melawan kemusyrikan, kekufuran, kejahiliyahan/kebodohan tentang Islam, kemaksiatan, kezaliman KKN, sekularisme, materialisme, hedonisme, hegemoni AS, dan berbagai perwujudan Partai Iblis lainnya. Karena yang diperebutkan adalah kue duniawi yang terbatas baik ruang maupun waktunya, maka tidak ada jalan lain selain mencari menang sendiri. Akhirnya syi’ar Islam yang tercantum dalam anggaran dasar dan rumah tangga partai-partai tersebut hanya sekedar symbol yang hampa dan sekedar komoditas retorika politik. Dan keadaan ini adalah yang diinginkan oleh Partai Iblis. Dia selalu berkepentingan untuk melestarikannya.

Strategi Partai Da’wah dalam Pemilu 2004

Menyelamatkan Indonesia dari kehancuran bukan hanya dalam kehidupan duniawi manusianya namun lebih penting lagi dari masuk jurang api neraka nanti di akhirat adalah visi Partai Da’wah dalam kiprahnya ikut pemilu 2004.

Bagaimanapun harus dipahami bahwa keterpurukan kita saat ini bukan hasil pengrusakan secara instan, sehingga tidak bisa disembuhkan secara instan pula. Ia adalah hasil dari suatu proses rekayasa social yang sangat canggih yang berlangsung dalam waktu sangat lama. Bukan hanya sebatas 32 tahun kekuasaan Orde Baru, namun lebih jauh lagi ke belakang. Karena esensinya adalah penyesatan dan pembelokan manusia dari jatidiri kemanusiaannya. Ia adalah proses penghancuran fitrah insani yang sangat gigih sedemikian rupa demi jauhnya kita dari tauhid kepada Allah swt sejauh-jauhnya sehingga tidak bisa kembali. Bahkan lebih hebat dari itu adalah agar manusia Indonesia menentang dan memusuhi Allah swt dengan segala ajaranNya baik terang-terangan maupun terselubung. Bahkan ketertipuan yang terparah adalah manakala mereka yang menentang ini justru merasa paling sesuai dengan ajaran Islam. Memang tidak ada orang yang tertipu sadar akan ketertipuan.Karena penipu(Iblis) pasti tidak pernah berkata:”saya akan menipu kamu, mau ngga?”.

Sebagai contoh kasus kecil adalah pembasmian KKN yang saat ini sangat ramai dibicarakan orang. Semua kita sangat ingin membasmi KKN ini sampai ke akar-akarnya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, padahal ia adalah salah satu wujud dari rekayasa social yang panjang.

Metoda Da’wah Nabi sesungguhnya telah memberi kita pelajaran yang sangat berharga tentang bagaimana caranya membasmi KKN ini. Beliau mengajak semua pihak, baik pelaku kezaliman maupun korbannya untuk beriman kepada Allah swt, untuk bertauhid kepadaNya, untuk yakin kepada pertanggungjawaban akhirat. Di saat hampir tidak ada orang atau pihak yang bersih 100% dari KKN-kalaupun ada dia hampir tidak punya kekuatan politik-maka menghukum mati koruptor oleh koruptor(yang kebetulan kadar korupsinya lebih kecil dan atau tidak ketahuan akibat proses politik manipulatif) bukanlah keadilan yang bisa menghapus kezaliman KKN. Melainkan kezaliman yang dilawan dengan kezaliman pula. Koruptor yang mati namun belum sempat taubat adalah asset Partai Iblis yang akan menyertainya masuk neraka. Sedangkan da’wah justru harus menyelamatkannya dengan mengajaknya bertaubat. Nabi saw menyadari betul kezaliman seseorang pada zaman beliau tidak semata-mata kesalahan tunggal si pelaku namun hasil dari interaksi social yang saling terkait dan kondusif, sehingga penyelesaian dosa dan pahalanya diserahkan kepada Allah swt dan dalam kehidupan di dunia mereka didamaikan dengan rekonsiliasi di bawah naungan iman dan taubat kepada Allah swt.

Bagi Partai Da’wah, amar ma’ruf nahi munkar pada momen sejarah seperti sekarang ini adalah dengan menyuarakan secara lantang peringatan Allah swt kepada para pelaku KKN akan siksaan api neraka yang sangat dahsyat, dan sebaliknya menyuarakan dengan lantang pula akan janji surga dari Allah swt bagi siapa saja yang tidak mau ikut arus KKN dan memilih hidup yang penuh amanah dan kejujuran meskipun akibatnya sederhana dalam pemilikan materi kekayaan.

Partai Da’wah harus berjuang sekeras-kerasnya untuk mengajak sebanyak mungkin orang untuk bertauhid kepada Allah swt dan memutuskan hubungan sama sekali dengan para pelaku KKN, sedemikian rupa sehingga mereka kehilangan pendukung dan akhirnya jatuh dengan sendirinya karena tidak ada atau sangat sedikit yang mau disuapi oleh hasil KKNnya. Semua ini hanya mungkin terjadi manakala semua orang bisa diajak untuk beriman kepada akhirat. Karena dengan iman kepada akhirat mereka tidak akan tertipu lagi oleh gemerlapnya dunia yang hedonistis yang selama ini menjadi senjata andalan para pelaku KKN dalam menarik simpati para pendukungnya/basis massanya.

Maka demi meraih dukungan dan simpati para pemilih dalam pemilu 2004 nanti, Partai Da’wah harus menyadari bahwa obyek da’wahnya sangat heterogen dan rumit. Namun semua kerumitan dan heterogenitas ini akan bisa diatasi dengan adanya kenyataan bahwa logika pilihan politik obyek da’wah terdiri atas delapan kategori yang masing-masingnya akan diuraikan dalam bentuk strategi berikut ini:
Strategi pertama:berdialog secara ideologis
Ada kalangan manusia Indonesia yang memiliki kesadaran ideologis yang tinggi. Apapun ideology mereka, Partai Da’wah bisa mengajak mereka berdialog dalam konteks ini dan menawarkan ideology yang berlaku universal bagi segenap manusia di muka bumi ini, yakni ideology keadilan. Mereka biasanya adalah para tokoh politik dan organisasi massa. Jumlah mereka sedikit namun punya pengaruh yang luas di masyarakat.

Strategi kedua: berdialog dengan para tokoh
Sudah merupakan sunnatullah bahwa kehidupan social manusia selalu terbagi menjadi dua lapisan, yakni lapisan massa dan elit. Lapisan elit terdiri atas para tokoh dengan berbagai jenis ketokohan. Ada tokoh politik, tokoh budaya, tokoh pendidikan, tokoh agama, tokoh buruh, tokoh petani, dan seterusnya. Setiap tokoh memiliki massa sesuai dunia masing-masing. Hubungan khusus antara elit dengan massa adalah kepentingan, kharisma, dan atau saling mencintai. Maka Partai Da’wah bisa mengefektifkan da’wahnya melalui para tokoh ini, karena berdialog dengan para tokoh akan lebih memudahkan demi diteruskannya pesan-pesan da’wah tersebut oleh tokoh ke massanya. Jadi yang menerjemahkan bahasa da’wah ke dalam dunia pertanian, misalnya, adalah para tokoh petani yang telah mendapat pesan dan dialog dengan Partai Da’wah.

Strategi ketiga:berda’wah lewat media massa
Indonesia yang begitu luas dengan jumlah penduduk yang sangat banyak tentu saja sulit dicapai oleh pesan-pesan da’wah secara tatap muka langsung karena jumlah kader Partai Da’wah tidak sebanding dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tsb. Maka media massa adalah alat yang sangat bisa membantu mengatasi kendala ini. Tentu saja dibutuhkan saling pengertian dan kerjasama dengan para pengelola media massa agar pesan-pesan da’wah bisa dititipkan lewat mereka. Jika Partai Da’wah gagal membangun saling pengertian dengan media massa maka dipastikan tidak akan terbangun kerjasama yang saling menguntungkan kedua pihak, maka missi da’wah pun akan terganjal oleh kendala di atas. Akibat akhirnya adalah gagalnya Partai Da’wah menyelamatkan Indonesia baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang.

Strategi keempat: berkhidmat secara nyata(pragmatis)
Ada kalangan rakyat Indonesia yang menjadi korban kezaliman sehingga tertinggal jauh dalam pendidikan. Sedemikian rupa sehingga cara berfikirnya sangat sederhana. Mereka tentu saja sulit menangkap pesan-pesan da’wah yang umumnya menuntut banyak berfikir, sedangkan kebutuhan primer mereka menyulitkan hidup sehari-hari. Mereka membutuhkan sentuhan nyata berupa bantuan sandang-pangan dan kesehatan gratis. Inilah bentuk komunikasi da’wah yang sederhana namun bila dikemas dengan bahasa yang hikmah akan mampu membimbing mereka kepada hidayah Allah swt. Tentu saja Partai Da’wah bukan seperti partai politik umumnya yang mengemas bantuan pragmatisnya hanya untuk kepentingan sesaat. Setelah mereka memberikan suara dalam pemilu, mereka pun ditinggal dan dilupakan. Bagi Partai Da’wah, suara adalah nomor dua. Yang utama dan pertama adalah menarik simpati rakyat untuk menerima pesan-pesan da’wah tauhid.

Strategi kelima: Memanfaatkan momentum historis
Sejarah hidup setiap individu berbeda-beda. Namun sejarah hidup pribadi itu sangat berpengaruh atas sikap, perilaku, cita-cita, dan pilihan politiknya. Sekumpulan manusia di suatu desa juga biasanya memiliki sejarah bersama yang tersendiri. Bagaimanapun Partai Da’wah harus memahami lebih dulu hakikat sejarah ini sebelum mengajak mereka kepada tauhid. Dengan demikian akan terjadi ketersambungan rasa antara sejarah suatu masyarakat dengan pesan-pesan da’wah sehingga mereka akan mau mencernanya.

Strategi keenam:Mendekatkan suasana da’wah dengan budaya
Budaya suatu masyarakat adalah termasuk kebutuhan primer seperti tutur kata kesopanan, apa yang menyenangkan/disukai, apa yang dibenci, seni apa yang merupakan menu rutin mereka, cara berpakaian, makanan kesukaan, dan sebagainya, semuanya harus dipelajari dengan cermat dulu sebelum da’wah dilancarkan. Bisa jadi da’wah akan mengubah budaya-budaya yang tidak islami. Namun cara ‘masuk’ ke dunia budaya yang akan diubah itu harus sehikmah mungkin. Karena fitrah manusia tidak sama dengan mesin yang kalau mau diubah tinggal setel saja. Termasuk KKN yang benar-benar telah membudaya, harus diubah sehikmah mungkin. Hikmah di sini bukan bermakna Partai Da’wah harus merelakan kadernya ‘ber-KKN-ria’ demi meraih simpati para pencinta(mania)KKN.

Strategi ketujuh: Memanfaatkan terbentuknya jaringan anggota
Dalam perjalanan da’wah biasanya akan terbentuk anggota kader yang berasal dari beragam latar belakang social dan profesi. Maka da’wah bisa disebarkan pesan-pesannya lewat anggota yang tersebar tadi. Jika ada anggota yang pegawai negeri di suatu dinas, maka dia bisa diminta menyebarkan pesan-pesan da’wah di lingkungan dinasnya. Jika ada seorang anggota sebagai kepala desa A, maka beliau juga bisa diberdayakan untuk menyebarkan da’wah di desa beliau tersebut. Demikianlah upaya da’wah bisa disebarkan oleh siapa saja dengan cara yang paling sederhana, misalnya hanya menampilkan akhlak yang baik saja di lingkungannya, maka orang lain akan terda’wahi. Cukup tidak ikut KKN, maka para pelaku KKN akan terda’wahi hatinya.

Strategi kedelapan: Memanfaatkan masa kampanye dalam pemilu
Masa kampanye merupakan momentum da’wah yang sangat bermanfaat bagi Partai Da’wah. Ini merupakan salah satu alasan penting mengapa Partai Da’wah harus ikut pemilu. Dengan tema kampanye yang tepat, lokasi yang strategis, pembicara yang pas, akan banyak massa yang bisa diajak hadir demi menerima pesan-pesan da’wah. Di sini Partai Da’wah berkesempatan mempublikasikan secara sangat luas visi dan misi serta program kerjanya memberantas KKN, misalnya. Ketika semua orang lain selalu terjebak dalam retorika semata, Partai Da’wah tampil dengan kesiapan para kadernya untuk melaksanakan semua retorika politiknya. Sehingga terjadi satunya kata dengan perbuatan. Tatkala semua lembaga publik telah terkena virus KKN, maka solusinya adalah mengganti manusia-manusia di lembaga-lembaga itu dengan orang-orang yang telah ‘dibersihkan’ oleh keimanan dan taubat kepada Allah swt. Sebab tidak ada hukum anti KKN buatan manusia yang dapat mengendalikan hati manusia selain kesadaran iman. Hati yang hampa dari Iman akan bisa dibeli dengan uang sehingga dictum anti KKN dalam Undang-undang kandas. Inilah isu sentral Partai Da’wah dalam setiap kampanyenya, di manapun dan kapanpun. Namun jika manusia-manusia yang tadinya pencinta budaya KKN mau beriman dan bertaubat maka sangat tidak perlu diganti dengan personil baru dari luar. Inilah suatu operasi penyelamatan negara tanpa kekerasan, penuh kedamaian, sangat manusiawi, penuh kasih-sayang karena mengkuatirkan nasib mereka di akhirat nanti. Maka hanya kader sejati Partai Iblis yang akan menentangnya habis-habisan dengan memicu tindak kekerasan dan terror lalu melemparkan fitnah ke mana-mana. Sedangkan yang setengah kader apalagi sekedar simpatisan(tentu sambil tidak menyadarinya) akan mudah tersadar dan kembali ke fitrah kemanusiaannya.

Persatuan Partai-partai Islam:Partai Da’wah
Partai-partai yang menyebut dirinya Partai Islam adalah yang paling patut menerapkan salah satu ajaran Islam yakni berda’wah. Dan mereka pulalah yang paling tidak patut jika terlibat dalam pertentangan satu sama lain demi kekuasaan politik rendahan seperti jumlah kursi di parlemen, jabatan presiden dan wakilnya, atau menteri-menteri, dan sebagainya.

Kedelapan strategi di atas tidak mungkin dijalankan oleh hanya satu Partai Islam. Maka formula Partai Da’wah bisa dijadikan platform bersama demi bersinergi dalam meraih kemenangan politik dalam Pemilu 2004. Sebab setiap Partai Islam memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sepatutnyalah mereka saling berukhuwwah dengan saling mengisi kekurangan dan saling memperkuat dalam hal kelebihan yang dimiliki.

Formula ini tidak mewajibkan semua Partai Islam melebur menjadi satu partai. Mereka tetap eksis dengan nama dan jati diri masing-masing. Yang dibutuhkan dari setiap partai ini hanya dua hal: (1) Siap bersinergi dan saling kerjasama dalam menyampaikan pesan-pesan da’wah tauhid dalam konteks pemilu 2004;(2) Menyerahkan perolehan jumlah suara kepada Allah swt yang akan menilai keikhlasan dan kualitas serta kuantitas amal da’wah setiap kader/anggota masing-masing partai tsb.

Maka akan terjadi suatu pemandangan politik yang sangat indah ketika ummat menyaksikan Partai-partai Islam berkampanye bersama, saling membantu, saling menutupi kekurangan saudaranya, dan tidak bertengkar karena takut kehilangan suara pemilih. Mereka akan selamat dari sifat fanatik golongan(ashobiyah kepartaian) yang bersifat memecah-belah ukhuwwah.

Penulis yakin, hanya dengan formula Partai Da’wah inilah Indonesia bisa diselamatkan dari kehancuran total dunia-akhirat akibat rekayasa social Iblis. Tinggal terpulang kepada kita semua, maukah kita selamat bersama? Jika mau, mari kita wujudkan Partai Da’wah ini dengan menuntut setiap Partai Islam untuk menerapkannya.Wallahu a’lam bishowab.

TEORI PARTAI DA'WAH

TEORI PARTAI DA’WAH
Oleh:
Abu Muhammad Azzam Taqiuddin
(AMAT)

Kata partai dalam bahasa Indonesia lazimnya sudah mengandung konotasi politik. Tidak pernah ada partai dalam sejarah kita yg tidak bergerak dalam dunia politik. Meskipun demikian sering masih diperlukan penegasan dengan sebutan partai politik(parpol). Logika umum telah mengatakan bahwa parpol didirikan dengan motif dasar ikut pemilu. Jika tidak berniat ikut pemilu maka percuma mendirikan suatu parpol. Lebih baik tidak berparpol kalau tidak bisa menembus persyaratan ikut pemilu. Jadi harap maklum kalau setiap parpol khususnya yg tergolong baru di era reformasi ini tampak sangat bersemangat mengkonsolidasi diri agar memenuhi persyaratan ikut pemilu. Semua gejala dan perilaku ini sudah bisa disimpulkan sebagai: hakikat partai atau partai politik.

Hakikat pemilu bagi suatu parpol adalah meraih dukungan suara rakyat pemilih sebanyak-banyaknya, apapun caranya, yg penting kuantitas pemilih sebisa mungkin melebihi parpol pesaing. Tanpa berusaha keras dan sungguh-sungguh(mungkin bisa disetarakan dengan: jihad) meraih dukungan dan simpati ini lebih tepat tidak ikut pemilu dan tidak ikut ya berarti tidak usah berpartai.

Usai pemilu kita bisa menyaksikan kenyataan kehidupan social politik yg dimainkan oleh para peserta pemilu, khususnya yg berhasil menembus batas minimal perolehan suara sehingga mendudukkan para kadernya di lembaga legislative dan eksekutif. Sebuah ironi bagaimana kehidupan kita sebagai bangsa selama 58 tahun sejak kemerdekaan tidak beranjak dari posisi marginal di pentas dunia meskipun telah berkali-kali pergantian parpol yg berkuasa.

Saya selalu memperhatikan satu saja dari sekian banyak aspek kehidupan social politik kita selama ini, yakni penyakit kronis dan akut yg bernama: Korupsi-Kolusi-Nepotisme (KKN) yg telah membudaya sejak 30an tahun terakhir. Bagaimana hampir tidak ada satu pihak pun yg benar-benar suci bersih sehingga berhak dan berwenang menghakimi semua pihak lainnya yg melakukan KKN. Ini terjadi karena penyakit budaya ini telah menjalar kesemua lapisan mulai dari presiden, ketua MPR/DPR sampai rakyat jelata di pelosok. Apa yg selalu menjadi daya tarik suatu parpol dalam kampanye yakni janji memberantas KKN nyatanya selalu berakhir sebatas retorika kosong dan hampa serta kebohongan dan kemunafikan karena tidak tahan menghadapi godaan KKN di depan mata begitu duduk di kursi kekuasaan. Semua ini kemudian berjalin berkelindan dengan politik pihak asing yg berkepentingan untuk melemahkan secara lestari posisi bangsa dan Negara Indonesia tercinta ini. Kerusuhan dan konflik horizontal di Maluku, Poso, Papua, pemberontakan di Aceh, terror bom, hutang luar negeri yg mencapai rekor Rp 1200 triliun, kemiskinan, pengangguran, biaya pendidikan yg tidak terjangkau, dan banyak lagi masalah besar lainnya ikut melengkapi rumitnya masalah yg sudah super rumit seperti KKN di atas.

Sebagai seorang muslim, saya sangat prihatin dengan sikon kita ini karena mayoritas manusia Indonesia adalah muslim. Mengapa kemusliman mayoritas tidak punya pengaruh apapun terhadap kebaikan dan keberkahan hidup bangsa kita?malah tidak bisa dipungkiri bahwa pelaku banyak masalah otomatis berlabel muslim karena kuantitasnya memang mayoritas. Apanya yg salah?

Setelah menelusuri ayat-ayat Al-Qur’an saya bersyukur karena merasa menemukan jawabannya. Surat Al-A’raf ayat 11-30 merupakan sumber inspirasi digagasnya teori Partai Da’wah ini yg merupakan saran solusi komprehensif dan sistematis serta total bagi semua kemelut di atas.

Sejak manusia pertama bernama Adam diciptakan oleh Allah swt maka terjadilah takdirNya berupa berdirinya dua partai : Partai Manusia dan Partai Iblis. Sebagai partai politik di pentas “pemilu” berupa kehidupan dunia, dengan disaksikan oleh “KPU” yg maha adil yakni Allah swt, kedua partai ini sejak itu terus bersaing memperebutkan pengikut dari mulai kader fanatic sampai simpatisan dan yg sekedar ikut-ikutan tanpa sadar hakikat yg diikutinya.Kedua partai sama-sama ber”jihad” sesuai maknanya bagi masing-masing. Setiap detik keduanya berkampanye kepada seluruh ummat manusia dengan segala cara. Kepentingan abadi kedua partai saling bertentangan: satu mengajak kepada masuk neraka yg penuh penderitaan dan ketersiksaan sepanjang waktu, sedangkan satunya lagi mengajak kepada masuk surga yg penuh kenyamanan dan kebahagiaan sepanjang waktu. “Pemilu” ini hanya akan berakhir manakala kiamat tiba, setelah itu perolehan suara dihitung di akhirat.

Ada satu ciri yg sangat unik dalam persaingan kedua partai ini. Partai Iblis sebagai pengusung kepentingan masuk neraka, selalu menggunakan cara tipu-daya: berpura-pura mengajak manusia kepada kebaikan lalu menggiring kepada kesesatan. Sedangkan Partai Manusia tidak mungkin berpura-pura sesat dan jahat kepada pengikut Partai Iblis agar berpindah dan digiring kepada kebaikan dan kebenaran. Partai Manusia selalu jujur dan berterusterang bahwa mereka mengajak setiap orang kepada kebaikan dan kebenaran. Sedangkan Partai Iblis selalu berpura-pura mengajak kepada kebaikan dan kebenaran padahal setelah itu sedikit demi sedikit digiring kepada kesesatan dan kejahatan tanpa terasa, bahkan saking hebatnya tipuan ini, banyak sekali manusia yg yakin berada dalam kebenaran dan kebaikan padahal ia sudah terperangkap dalam Partai Iblis ini.

Sekularisme, Materialisme, kemusyrikan, penghalalan segala cara, budaya hedonisme, liberalisme, kapitalisme, marxisme, sosialisme, dan seabreg isme-isme buatan pikiran manusia telah berhasil ditanamkan lewat kemasan menarik berupa “kebenaran dan kebaikan” palsu oleh presiden Partai Iblis ke seluruh ummat manusia khususnya mayoritas bangsa Indonesia dalam kurun waktu yg panjang dan bertahap pelan namun pasti, bahkan ia bisa berdampingan dengan aqidah Islam dalam hati setiap muslim. Maka lahirlah segala macam perilaku dan budaya KKN, anarkhis, hedonis, egois, dsb yg menjelma menjadi penyakit social politik dalam pentas kebangsaan kita sejak 58 tahun kemerdekaan. Sedangkan Partai Manusia selalu kalah dalam menarik jumlah dan kualitas pengikut sehingga posisi mereka selalu terpinggirkan dan bahkan sering dijadikan tertuduh dalam berbagai kasus. Maka wajar sekali kalau keadaan kita begitu parah carut-marutnya seperti sekarang ini, terlebih kita tidak pernah mau berpaling kepada Al-Qur’an untuk mengobati semua penyakit social kita. Padahal sebagai pencipta manusia tidak mungkin pengarang Al-Qur’an salah memberi resep. Namun begitulah kesuksesan Partai Iblis menyesatkan kita, seolah-olah kita sudah islami, sudah haji berapa kali, selalu sholat, selalu melafalkan dua kalimah syahadat, selalu puasa, selalu berzakat, menutup aurat, namun tanpa risih kita campursari semua itu dengan KKN, kemusyrikan, hedonistis, dan berbagai “kepintaran otak kemanusiaan” kita lainnya.

Akibatnya sulit sekali mempercayai suatu partai yg bersumpah sekalipun atas nama Allah swt akan menumpas habis KKN di negeri ini akan benar-benar memenuhi janjinya nanti ketika kita beri suara kalau tanpa disadari oleh partai ybs bahwa sebenarnya ia telah disahkan sebagai simpatisan bahkan kader oleh Partai Iblis. Tentu saja sulit menyadari kesesatan diri karena sang Presiden Partai Iblis ini adalah Iblis sendiri yg tidak kasat mata bagi manusia, sedangkan manusia sangat mudah dilihatnya. Kecuali manusia mau mengikuti petunjuk pencipta dirinya dalam Al-Qur’an barulah akan bisa selamat dari tipu-daya canggih Partai Iblis ini.

Maka Partai Da’wah adalah partai yg terdiri dari manusia yg visi dan misinya adalah mengajak manusia untuk beriman kepada Allah swt, Al-Qur’an dan NabiNya, Muhammad saw. dan kafir serta menolak berkompromi dengan selain tiga hal di atas secara tegas, pasti, dan 100%. Penolong partai da’wah adalah Allah swt sendiri dan Dia pasti akan melindungi setiap kita yg memang mau minta tolong kepadaNya untuk terhindar dari tipu daya Partai Iblis, secanggih apapun.

Sesuai sunnatullah berupa fitrah manusia, perbaikan dan penyelamatan hati manusia dari ketertipuan oleh iblis hanya bisa dengan ajakan yg tulus dan menyentuh perasaan dan nuraninya. Tidak bisa dilakukan dengan penghakiman dan vonis serta balas dendam serta kemarahan/kebencian. Hati para koruptor yg sudah parah rusaknya akan semakin sombong bila diperlakukan seperti itu. Namun bila diingatkan bahwa kematian akan menghadapkan dirinya kepada pembalasan yg sangat dahsyat di neraka kecuali bertaubat sejak sekarang mumpung masih ada umur, insyaallah dengan izinNya akan timbul kesadaran dari dalam dirinya. Partai Da’wah selalu punya pedoman dalam kampanyenya yakni sirah Nabawiyah dalam Al-Qur’anulkarim.

Partai Da’wah dan pemilu 2004.
Apakah Partai Da’wah boleh ikut pemilu 2004? Jawabnya adalah wajib ikut. Namun perilakunya tentu berbeda dengan parpol umumnya. Partai Da’wah mengajak rakyat untuk bertaubat dan membersihkan diri dari dosa-dosa serta bagaimana menjadi muslim yg semuslim-muslimnya sesuai model standar yakni Nabi Muhammad saw. dan dalam kampanye mengajak kepada iman dan islam ini Partai Da’wah tidak mungkin minta ganjaran manusia bahkan berupa simpati dalam bentuk mencoblos lambang dan foto calegnya. Dia juga tidak mungkin mengajak kepada ashobiyah sempit. Dia hanya mengajak kepada fanatic sebagai mu’min-muslim, bukan fanatic sebagai partai A, B, dst. Dia berjihad untuk meratakan da’wah ke seluruh manusia lewat wadah pemilu 2004, namun bukan demi perolehan suara dan simpati manusia demi sekian kursi di legislative. Masalah jumlah suara yg memilih partai da’wah dia pasrahkan kepada Allah swt. Karena ridho Allahlah yg menjadi motif mutlaknya. Bagi dia jika Allah swt ridho dengan amal da’wahnya, pastilah Dia akan setel sejumlah yg dikehendakiNya suara untuk Partai Da’wah ini, lalu kader-kader da’wah masuk ke legislative untuk berda’wah menggugah nurani utk bersama-sama sang da’i membersihkan diri dari dosa dan selalu berusaha mengislamkan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa serta ummat manusia sedunia. Teori ini menyisipkan suatu keyakinan bahwa hanya Partai Da’wah seperti inilah yg akan bisa membawa Indonesia kepada kejayaan dunia-akhirat(bukan kejayaan dunia saja) dan selamat dari tipu daya Partai Iblis. Teori ini menafikan contoh kasus RRC yang sukses memberantas KKN lalu maju ekonominya namun lepas sama sekali dari “kemajuan menuju syurga akhirat” karena memang tidak beriman. Wallahu a’lam bishowab.

TEORI POLITIK ROBBANIYAH

TEORI POLITIK ROBBANIAH UNTUK CALON GUBERNUR

oleh:
Abu Muhammad Azzam Taqiuddin
(AMAT)

Solusi politik bagi masalah ekonomi, sosial, budaya, keamanan,ketertiban, pertahanan, dan ideologis rakyat Jawa Barat sebagai bagian dari bangsa Indonesia adalah pergantian gubernur. Dalam kasus ini jatah Gubernur Nuriana untuk berkuasa sudah habis yakni selama dua periode: 1992-1997 dan 1998-2003. Maka bagaimanapun masalahnya, solusi politik berupa pergantian gubernur bisa dipastikan terjadi, jika tidak ada sesuatu yg sangat luar biasa, yg di luar perhitungan kita semua. Namun jika kehidupan ipoleksosbudhankam di Jawa Barat baik-baik saja, tidak ada masalah yg menonjol, maka pergantian gubernur tidak perlu dipersepsi sebagai suatu solusi politik. Ia hanya merupakan suksesi kepemimpinan yg normal yg akan melanjutkan tugas-tugas gubernur sebelumnya. Walaupun dalam proses pemilihannya sangat boleh jadi terjadi suasana yg "panas" karena persaingan para calon yg begitu seru.

Kenyataannya, kita di Jawa Barat saat ini sedang dirundung masalah kehidupan yg cukup berat dan parah. Masalah ekonomi, kita sedang krisis daya beli karena naiknya harga-harga, ketergantungan pada hutang luar negeri, pengangguran yg meluas, kemiskinan di mana-mana yg kontras dengan kemewahan segelintir dari antara kita, dijualnya aset Badan Usaha Milik Negara, dibebaskannya para konglomerat hitam, dan masih banyak lagi daftar masalah lainnya. Sedangkan di sektor budaya, masalahnya adalah budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme(negatif), akulturasi budaya asing lewat media hiburan, terancam punahnya bahasa dan tata krama daerah, dan pergaulan bebas pria-wanita yg gaya berpakaiannya seperti tidak berpakaian karena justru pamer aurat, dsb.dst. Di bidang Sosial, kita menyaksikan semakin banyaknya anak jalanan, pecandu narkoba, maraknya perjudian dan tempat maksiat yg laku dikunjungi orang, meningkatnya angka kriminalitas, rendahnya tingkat pendidikan rata-rata penduduk Jawa Barat, meningkatnya jumlah keluarga pra-sejahtera alias miskin, urbanisasi yg semakin memperuwet tata kehidupan perkotaan yg selalu macet, polusi parah, tidak teratur, pencemaran lingkungan darat, air, dan udara, serta sosial. Juga terlihat menurunnya rasa solidaritas sesama bangsa khususnya antara yg sangat kaya yg tega menampilkan kemewahannya dengan kalangan miskin yg terlihat bertebaran di mana-mana, sambil ditingkahi oleh berseliwerannya mobil-mobil mewah. Rasa solidaritas ini terkait dengan ideologi kebangsaan yg menimbulkan rasa senasib-sepenanggungan sebagai satu bangsa. Ketegaan para elit politik misalnya tampil dengan pemborosan uang negara di tengah kondisi rakyat yg menderita karena krisis menunjukkan hilangnya ideologi ini dari dalam jiwa para elit tsb.. Sedangkan masalah keamanan, ketertiban, dan pertahanan, terkait dengan lemahnya moral aparat karena kesejahteraan yg di bawah standar, karena kurangnya rasa solidaritas dari para petingginya, minimnya anggaran, semakin beratnya tantangan tugas yg dihadapi karena semakin terbukanya hubungan antar negara, antar warga negara, dan ketegangan antar golongan yg sudah tidak ragu menggunakan kekerasan demi mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing.

Berdasarkan analisis permasalahan di atas rasanya kita bisa sepakat bahwa pergantian gubernur Jawa Barat tahun 2003 ini harus merupakan suatu solusi politik: bahwa Gubernur baru nanti harus bisa mengatasi semua masalah di atas yg daftarnya masih kasar, belum rinci, dan belum menyeluruh. Jika tidak bisa, lebih baik jangan berambisi jadi Gubernur, agar rakyat tidak tambah menderita oleh segunung masalah tsb.

Ada peluang mengatasi masalah-masalah tadi jika sang Gubernur baru nanti mampu meraih dukungan, simpati, dan kecintaan rakyat Jawa Barat, sehingga mereka semua berpartisipasi secara aktif di segala bidang, tidak membiarkan gubernur bekerja sendirian. Tetapi peluang sebaliknya tampaknya lebih besar terjadi karena teori politik yg kita imani, yakini, dan percayai selama ini sejak merdeka 57 tahun yang lalu adalah: kekuasaan dan jabatan adalah prestise, gengsi, kehormatan, prestasi yg membanggakan sekaligus peluang yg sangat luas untuk mengumpulkan kekayaan pribadi, keluarga, dan golongan, kalau perlu sampai tujuh turunan. Demikian pula, kekuasaan dan jabatan harus dilestarikan semaksimal mungkin. Kalaupun periode yg dijatahkan sudah habis, minimal yg meneruskan adalah saudara, atau segolongan, separtai, dsb.dst.

Jika teori politiknya seperti di atas, kita sudah menyaksikan pergantian kepemimpinan sejak Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, dan sekarang Megawati belum pernah mewujudkan suatu solusi politik. Malah yg terjadi adalah sebaliknya, hanya memunculkan masalah politik baru. Bandingkan dengan Malaysia yg usia kemerdekaannya lebih muda, sudah jauh meninggalkan kita. Kita rupanya lebih senang bergumul dalam belitan masalah politik daripada solusinya. Makanya kemajuan yg kita raih dimundurkan lagi oleh kita sendiri.

Maka diperlukan suatu teori politik baru yg menjadi alternatif bagi yg sudah ada yg diharapkan bila diimani, dipercayai, dan diyakini, akan berbuah solusi politik. Teori ini saya sebut: Teori Politik Robbaniyah.


Teori Politik Robbaniyah

Setiap komunitas atau masyarakat di manapun dan kapanpun memiliki gejala yang serupa/mirip/hampir sama dalam hal selalu adanya dua unsur dalam struktur kehidupan sosial politiknya. Dua unsur tersebut adalah unsur elit yang terdiri atas segelintir individu yang dianggap memiliki "kualitas" kepemimpinan oleh unsur lainnya. "Kualitas" ini terjadi bisa karena individu tsb aktif dalam urusan-urusan orang banyak, aktif dalam partai politik, bisa juga karena ia turunan ningrat/bangsawan/pemimpin/elit sebelumnya, atau hasil pendekatan/menjilat kepada atasannya, atau kualitas intelektualnya, atau berbagai sebab lainnya. Sedangkan unsur pasangannya adalah kaum massa, yang menjadi obyek dari perilaku para elitnya. Massa di sini adalah siapa saja yg bukan termasuk para elit, dan jumlahnya selalu lebih banyak(mayoritas) dibanding elit. Mereka tidak memiliki sifat-sifat elit di atas sehingga tergabung menjadi massa.

Al-Qur'an menyebut istilah elit dengan kata-kata:al-mala'u(pemuka suatu kaum), atau kubaro(para pembesar), atau orang-orang yg diikuti, atau orang-orang sombong(mustakbirin). Sedangkan massa disebut dengan kata: para pengikut atau lawan dari mustakbirin yaitu mustadh'afiin(kaum yg lemah).

Dalam proses kehidupan sosialnya, setiap komunitas/masyarakat selalu memiliki mekanisme tersendiri untuk memproduksi para elit dari basis massa. Artinya di dalam massa selalu muncul bibit-bibit elit yg kemudian betul-betul menjadi elit untuk meneruskan kepemimpinan elit atas masyarakat tsb. Sebab para elit sebelumnya pasti menjadi tua dan mati atau tewas dalam peperangan, atau berbagai sebab lainnya.

Allah swt menegaskan bagaimana kehendakNya pasti terjadi atas manusia dalam kehidupan sosial-politik suatu masyarakat/komunitas, apakah dalam lingkup suatu bangsa/nasional, atau suatu propinsi, atau kabupaten/kota, atau bahkan dalam lingkup internasional.

KehendakNya itu Dia nyatakan dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 26 sbb: Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yg Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yg Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yg Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yg Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu".

Berdasarkan ayat tsb maka setiap manusia tergolong menjadi empat golongan dengan mengacu kepada dua dimensi, yakni dimensi hablumminallah (hubungan dengan Allah) yg merupakan dimensi vertikal, dan dimensi horizontal berupa hablumminannaas(hubungan dengan sesama manusia).

Golongan I : Hablumminallahnya: dimuliakan oleh Allah swt. Hablumminannaasnya: diberi kerajaan atau kekuasaan atau jabatan atau tergolong ke dalam para elit dari masyarakat/komunitasnya. Golongan ini merupakan manusia ideal dan dambaan bagi massa yg akan mampu membawa seluruh anggota masyarakatnya (elit+massa) kepada kesejahteraan lahir-bathin, dunia-akhirat. Contoh nyatanya adalah para nabi dan rasul serta para pewaris hasil pembinaan para nabi dan rasul itu, serta tokoh-tokoh pemimpin masa sesudahnya yg benar-benar sepenuh hati mengadopsi pelajaran-pelajaran kepemimpinan para nabi dan rasul. Mereka mendapat status kemuliaan di sisi Allah swt selagi hidup di dunia ini karena dua hal: Cara mencapai kekuasaannya adalah sesuai dengan ajaran Allah swt dan menjalankan amanah kepemimpinannya dengan ikhlash dan sebaik-baiknya, betul-betul demi rakyatnya. Baginya amanah itu harus dijalankan secara adil, transparan, dan bertanggungjawab baik kepada Allah swt maupun kepada rakyat itu sendiri. Bagi dia, rakyat harus dididik sedemikian rupa agar pandai mengontrol dirinya yg dengan kontrol itu dia berharap selamat di hadapan Allah swt ketika mempertanggungjawabkan amanahnya. Dia tidak mungkin mau membiarkan rakyatnya bodoh sehingga mudah ditipu olehnya.

Contoh konkrit golongan I ini adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau mewarisi jabatan khalifah sebelumnya yg bobrok, dilanda kelemahan mental berupa kkn, kehidupan rakyat yg miskin, kekeringan merata di seluruh negeri, minimnya kas negara. Namun tanpa berapologi dan mengeluhkan kebobrokan khalifah sebelumnya, beliau langsung menyumbangkan kekayaannya untuk menambah kas negara, memilih hidup sederhana, mengajak rakyatnya bertaqorrub dan bertaubat kepada Allah swt, bekerja keras demi rakyat, berkorban waktu, tenaga, pikiran, harta untuk rakyatnya. Hasilnya, krisis multidimensi yg begitu parah sebelumnya-alhamdulillah-selesai dalam kurang dari dua tahun, semua rakyatnya menjadi muzakki sampai kebingungan kemana mencari mustahik zakat. Beliau dicintai rakyat dan mencintai rakyat, maka kerja keras beliau diimbangi partisipasi seluruh rakyat yg kompak, betul-betul bergotong-royong dalam makna yg sesungguhnya.
Golongan II: Hablumminallahnya : dihinakan oleh Allah swt dalam kehidupan di dunia, terlebih lagi nanti di akhirat, meskipun di hadapan manusia dirinya bisa jadi sangat disanjung dan dipuja saking terhormat dan mulianya. Sedangkan hablumminannaasnya dia diberi kerajaan atau kekuasaan atau jabatan atau tergolong elit. Bila seseorang menggapai jabatan dengan cara-cara yg curang, penuh tipu-daya, sikut kiri-kanan, main fitnah lawan/pesaing politiknya, menyuap para pemilih dengan "uang politik", dan berbagai cara kotor lainnya, dapat dipastikan dia tidak akan menjalankan amanah jabatannya dengan sebaik-baiknya demi rakyatnya. Maka dengan dua alasan yg berlawanan dengan ciri golongan I inilah dia berhak mendapat kehinaan dari Allah swt. Jika dia tidak taubat sebelum mati, pengadilan akhirat sudah pasti memvonisnya dengan kehinaan yg lebih dahsyat lagi yg tidak terbayangkan sebelumnya oleh siapapun. Bagi orang seperti ini, kebodohan rakyat, khususnya dalam hal kesadaran politik adalah sesuatu yg harus dilestarikan agar bisa dia tipu terus menerus, lalu dia bertindak menurutkan hawa nafsunya saja menikmati penghormatan orang, fasilitas negara, uang rakyat selalu dikorupsi, kalau perlu sampai tujuh turunan baru habis. Dia selalu tampil di depan massa dengan kepura-puraan seolah dialah pemimpin yg paling mencintai rakyat, dan rakyatnya hanya manggut-manggut dan terpesona karena kebodohannya. Apalagi ketika rakyat diberi uang, sumbangan, fasilitas ala kadarnya, maka merekapun memuji sang pejabat ini, padahal hak rakyat yg dimakan oleh pejabat ini jauh lebih banyak daripada yg sewajarnya dia terima.

Golongan III: Hablumminallahnya : dimuliakan oleh Allah swt. Sedangkan hablumminannaasnya : tidak diberi kerajaan atau kekuasaan atau jabatan atau tidak masuk kelas para elit. Dia hanyalah orang kebanyakan atau massa saja. namun dia mulia di sisi Allah swt karena menjalani hidupnya dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Dia jujur, selalu berbuat baik kepada siapa saja, suka menolong orang lain, tidak pernah berpikir mencelakai orang lain. Dia menjalani hidupnya dengan meneladani Rasulullah, Muhammad saw. Maka dia sangat mulia di sisi Allah swt dalam kehidupan di dunia ini terlebih lagi di akhirat nanti. Boleh jadi dia dipandang hina oleh manusia, meskipun dia jujur dan akhlaknya baik, sebab dia tidak bisa diajak korupsi oleh lingkungan di mana korupsi sudah menjadi budaya. Namun dia tetap tegar karena sandaran hidupnya adalah Allah swt yg Maha Mulia dan Maha Berkuasa atas segala sesuatu, sehingga segala gangguan manusia sangat kecil baginya. Dialah rakyat yg ideal, yg memiliki kesadaran politik tinggi karena berilmu, yg dengan bekal itu dia bisa memisahkan mana elit yg layak didukung dan mana yg wajib diabaikan dan dijauhi dan kalau perlu diturunkan dari posisinya. Dia pasti hanya mendukung elit golongan I dan menolak dengan tegas elit golongan II. Meskipun elit golongan II tampil dengan "kemasan" yg memukau, dia tidak akan bisa ditipu.

Golongan IV: Hablumminallahnya: dihinakan oleh Allah swt. sedangkan hablumminannaasnya : tidak diberi kerajaan atau kekuasaan atau jabatan atau tidak masuk ke dalam kalangan elit. Dia adalah rakyat biasa, namun kehidupannya diselimuti kehinaan di dunia dan kalau tidak taubat sebelum matinya akan lebih hina lagi nanti di akhirat. Merekalah orang-orang yg tidak mau beragama (baca: berislam) dengan sebaik-baiknya sesuai tuntunan Nabi Muhammad saw. Mereka menyukai maksiat, menyukai para elit golongan II yg "membimbing" mereka kepada kehidupan yg fatamorgana, yang melenakan dan membuai sehingga mudah diombang-ambingkan ke sana ke mari. Hidup mereka dipenuhi kemiskinan, kebodohan, namun kesenangan syahwat berupa hiburan siang dan malam. Mereka tidak mau tahu bagaimana memilih elit pemimpin yg benar, karena yg penting buat mereka adalah bisa makan, bisa minum, bisa melampiaskan nafsu seksnya, bisa gembira, bisa berpakaian, bisa berteduh di rumah, meskipun seadanya, meskipun para elit mengkorupsi hak-hak mereka. Mereka tidak akan peduli, selama semua kebutuhan hidup terpenuhi dengan harga terjangkau. Mereka baru marah kalau semua harga sudah mencekik leher. Namun solusi politiknya akan kembali berputar di sekitar perebutan kebutuhan perut, seks, dan harta dan jabatan, tidak pernah menjangkau tinggi kepada kebutuhan terhadap ridho Allah swt.

Dalam rangka memilih gubernur yg akan memimpin Jawa Barat selama periode 2003-2008, semua elemen masyarakat Jawa Barat bebas memilih mau menjadi golongan yg mana di antara keempat golongan dalam teori Politik Robbaniyah di atas. Tentunya kalau ingin terpilihnya gubernur yg baru nanti merupakan solusi politik, maka gubernurnya harus dipilih yg sesuai dengan golongan I. Sayangnya, mereka yg akan memilih gubernur golongan I hanyalah massa golongan III, sedangkan dalam pemilihan gubernur Jawa Barat kali ini massa tidak berhak memilih. Yang akan menentukan adalah 100 orang anggota DPRD Jawa Barat yg tergolong elit juga. Kecuali massa golongan III ini dengan jumlah yg cukup signifikan bisa menekan 100 anggota DPRD agar mengarahkan pilihan ke golongan I. Jika itu bisa terjadi, semua kita patut bersyukur, insyaAllah masa depan Jawa Barat akan cerah, akan bisa mewujudkan visi dan misi 2010nya dengan lancar. Amin.

Bandung, 24 Januari 2003.